Konsep Bisnis Abdurrahman bin Auf

 


Konsep  Bisnis Abdurrahman bin Auf

Oleh : Ustadz Budi Ashari, Lc

Saya ingin memulai dari kalimat terkenal beliau “dullani ‘ala suuk” (tunjukan kepada saya, dimana pasar), dimana kalimat itu disampaikan pada saat Abdurrahman bin Auf tidak punya harta sama sekali, hijrah dari Mekkah ke Madinah dalam keadaan tidak membawa harta sama sekali padahal hartanya banyak di Mekkah.

Maka ditampung oleh saudaranya yang baru dikenalnya yaitu Sa’ad bin Robi’ , sahabat kaya di Madinah dan siap berbagi. Berbagi rumah, berbagi kebun, berbagi istri. Berbagi istri maksudnya Sa’ad bin Robi’ akan menceraikan salah satu istrinya dan setelah selesai masa iddahnya Abdurrahman bin Auf boleh menikahinya.

Maka Abdurrahman bin Auf mengatakan, saya tidak akan mengambil apapun darimu, barokallah fi ahlikum wa fi am walikum (Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu),

Konsep Bisnis Abdurrahman bin Auf

1. tunjukan kepadaku dimana pasar. 

Abdurrahman bin Auf masuk ke pasar dengan skill tingginya tanpa memiliki modal langsung punya keuntungan di hari pertama. Beliau punya skill tanpa melanggar syariat. Karena sekarang kebanyakan kita punya skill tapi tidak peduli halal haramnya.

Hari itu dia mendapat keuntungan yakni minyak samin dan susu yang dibekukan. Begitu ditelateni setiap hari sampai ia bisa membeli emas. Meskipun emasnya belum besar langsung dia menikah. Begitu seharusnya kita. Duit sudah punya, sekolah sudah selesai tidak juga mau menikah, maunya apa?

Pagi hari bertemu Nabi SAW dalam keadaan wangi rambutnya kelimis sekali, Nabi bertanya “Abdurrahman nampaknya kau senang sekali pagi ini? berkata Abdurrahman bin Auf “saya menikah semalem dengan gadis Ansor, maharnya emas. Kemudian NAbi SAW berkata “buatkan walimahnya meskipun dengan seekor kambing” karena waktu itu Abdurrahman bin Auf belum punya banyak harta.

Dia sangat berani karena skillnya tinggi, beliau tidak pernah bicara modal hanya minta ditunjukan dimana pasar. Tidak ingin langsung besar. Abdurrahman bin Auf tidak terburu-buru tapi langsung action. Karena terburu-buru ada jebakan tersendiri. Ada musuh yang siap menjebak bahkan. Ilmu sudah komprehensif skill sudah ada, ayo action bismillah jalan.

2.  Maa bi’tu dainan. Saya tidak menjual sesuatu dalam bentuk hutang melainkan cash.

Kenapa begini?kok kesannya Abdurrahman bin Auf kejam banget?tidak mau bantu.

Tidak. Kalau urusan bantu jangan Tanya, Abdurrahman bin Auf hartanya itu masya Allah ditebar di masyarakatnya. Penduduk ibu kota Madinah sepertiga pernah dibayari hutangnya oleh Abdurrahman bin Auf, sepertiga pernah dihutangi oleh Abdurrahman bin Auf, sepertiga pernah di silaturahimi dengan hartanya Abdurrahman bin Auf.

Ini saya sering sampaikan. Artinya kalau urusan shodaqoh jangan ditanya. Tapi  sekarang ini saya sedang berbisnis bukan?karena hasilnya nanti akan saya shodaqohkan bukan?inilah alasan Abdurrahman bin Auf. Hutang boleh tapi budaya hutang tidak boleh.

Makanya saya mohon maaf sebesar-besarnya, jika ada orang memegang kartu kredit kemudian dia jawab ini adalah kartu kredit syariah. Yang saya mau tanya dimana syari’atnya jika hutang menjadi sistemik?

Konsep Bisnis Abdurrahman bin Auf

Rosul SAW ketika bicara jual beli, Nabi mengatakan “yadan bi yadin ha bi ha”, artinya tangan ketemu tangan, artinya cash. Mana uang antum ini barang saya punya.

Membiasakan cash itu luar biasa. Karena hari ini masya Allah karena hutang dibuat sistemik akhirnya orang mengambil keuntungan dari hutang itu akhirnya orang beli cash susah dapat barangnya. Yang begini ini perekonomian sebentar lagi roboh karena ini perekonomian tidak normal. Coba saya tunjukan, kalau anda ingin menjual barang kemudian orang datang hutang, orang datang hutang, itu tidak normal.

 Anda mungkin akan jawab “tapi itu ada lembaga keuangan yang mengcover itu, tokonya akan mendapat cash”. Justru itulah akan lahir lembaga lembaga keuangan yang fungsi uang menjadi sangat berkuasa padahal dalam Islam dibatasi hanya sebagai alat tukar. Ketika uang kekuasaannya menjadi lebih dari sekedar alat tukar maka akan muncul dosa diantaranya Riba, karena riba menjadikan uang komoditas.

Maka Nabi SAW memotivasi muslimin bahwa semuanya cash. Dalam urusan hutang boleh tapi Nabi SAW mewanti wanti sangat luar biasa. Dan Masya Allah andai Nabi Hidup hari ini dan kemudian meninggallah kita, rasanya tidak ada yang di sholati Nabi SAW. Apa Anda tidak sedih?



Posting Komentar

0 Komentar